CETAK SECURITY PRINTING
Sabtu, 14 November 2015
Selasa, 06 Oktober 2015
BERKEBUN DI LAHAN SEMPIT
Lahan yang sempit di pekarangan rumah, bukan halangan bagi para penggemar bercocok tanam. Teknik hidroponik bisa menjadi alternatif menanam berbagai macam sayur dan tetap memiliki waktu bersama keluarga di rumah.
Alexander Mering, misalnya, warga Kota Pontianak Timur ini, sudah dua bulan menanam aneka jenis sayur di teras hingga belakang rumahnya. Tak satu jengkal pun lahan dibiarkannya kosong.
Di teras rumahnya, streofoam-streofoam bekas disusunnya rapi menjadi medium bagi benih-benih sawi keriting, seledri, dan sayur kucai, kangkung, cabai dan tomat. Kini, tak kurang dari satu bulan, sayur-sayur itu sudah bisa siap dipanen oleh Mering dan kedua anaknya.
"Itu sawi keriting siap saya panen, umurnya kira-kira antara 3 hingga 4 minggu baru bisa dipetik," kata Mering kepada Bisnis, Sabtu (17/1).
Sementara, sayuran lainnya perlu menunggu waktu lagi, setidaknya 1 hingga 2 minggu baru dipanen. Ada pula sayur lainnya, yang sedang dalam masa penyemaian.
Sebelumnya, Mering menyulap lahan-lahan kosong di depan, samping, dan belakang rumahnya untuk ditanami sayuran dan budi daya ikan, dengan menggabungkan teknik aquaponik.
Sudah 2 tahun belakangan, pekarangan rumah pria yang bekerja sebagai konsultan pemberdayaan masyarakat di salah satu NGO asal Amerika Serikat ini, dipenuhi sayur-sayuran hijau, kolam ikan mas, nila dan lele.
Selanjutnya, dia mencoba hal baru yaitu metode hidroponik sebuah sistem pola tanam yang menurutnya, sangat mudah dilakoni dan tidak menguras kantong.
Medium-medium pendukung untuk menanam pun mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah. Misalnya, gelas plastik mineral, stereofoam bekas, plastik bekas es krim.
"Ini, dua stereofoam bekas, saya bikin untuk 12 pokok sawi keriting. Dudukkan sawinya pakai plastik bekas es krim," katanya menunjukkan kepada Bisnis.
Ini yang menarik, menurutnya, metode itu bisa tanpa memerlukan tanah. Apabila, menanam sayur konvensional, biasanya tanah adalah unsur yang paling utama dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lainnya.
Namun, Mering mengatakan dengan metode hidroponik cukup dengan pasir, sabut kelapa atau disebut kokopit, arang sekam, dan sedikit pupuk buatan yang dilarutkan dalam air. "Bibit dan pupuk bisa dibeli di toko-toko pertanian," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh petani sayur lainnya yaitu Nurdiansyah. Bahkan pria yang bekerja sebagai supir untuk salah satu apotik di Kota Pontianak ini, memiliki sesi kelas sendiri guna mengajarkan para pemulung sampah menanam sayur dengan metode hidroponik.
"Saya tertarik membagi ilmu menanam cara hidroponik sebagai sarana edukasi kepada pemulung," kata Nurdiansyah.
Tak hanya kepada para pemulung saja, dia juga mengajarkan menanam sayur di pekarangan rumah tersebut.
Nurdiansyah menuturkan memulai menanam sayur dengan metode itu sejak 6 bulan yang lalu.
Perlahan, dia juga sudah mengajak warga di kompleks perumahannya untuk melatih menanam sayur dengan metode hidroponik. "Siapa pun bisa hanya dengan botol bekas air mineral ukuran 600 mililiter atau 1,5 liter, kita sudah bisa berhidroponik ria," ujarnya.
Lahan yang sempit di pekarangan rumah, bukan halangan bagi para penggemar bercocok tanam. Teknik hidroponik bisa menjadi alternatif menanam berbagai macam sayur dan tetap memiliki waktu bersama keluarga di rumah.
Alexander Mering, misalnya, warga Kota Pontianak Timur ini, sudah dua bulan menanam aneka jenis sayur di teras hingga belakang rumahnya. Tak satu jengkal pun lahan dibiarkannya kosong.
Di teras rumahnya, streofoam-streofoam bekas disusunnya rapi menjadi medium bagi benih-benih sawi keriting, seledri, dan sayur kucai, kangkung, cabai dan tomat. Kini, tak kurang dari satu bulan, sayur-sayur itu sudah bisa siap dipanen oleh Mering dan kedua anaknya.
"Itu sawi keriting siap saya panen, umurnya kira-kira antara 3 hingga 4 minggu baru bisa dipetik," kata Mering kepada Bisnis, Sabtu (17/1).
Sementara, sayuran lainnya perlu menunggu waktu lagi, setidaknya 1 hingga 2 minggu baru dipanen. Ada pula sayur lainnya, yang sedang dalam masa penyemaian.
Sebelumnya, Mering menyulap lahan-lahan kosong di depan, samping, dan belakang rumahnya untuk ditanami sayuran dan budi daya ikan, dengan menggabungkan teknik aquaponik.
Sudah 2 tahun belakangan, pekarangan rumah pria yang bekerja sebagai konsultan pemberdayaan masyarakat di salah satu NGO asal Amerika Serikat ini, dipenuhi sayur-sayuran hijau, kolam ikan mas, nila dan lele.
Selanjutnya, dia mencoba hal baru yaitu metode hidroponik sebuah sistem pola tanam yang menurutnya, sangat mudah dilakoni dan tidak menguras kantong.
Medium-medium pendukung untuk menanam pun mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah. Misalnya, gelas plastik mineral, stereofoam bekas, plastik bekas es krim.
"Ini, dua stereofoam bekas, saya bikin untuk 12 pokok sawi keriting. Dudukkan sawinya pakai plastik bekas es krim," katanya menunjukkan kepada Bisnis.
Ini yang menarik, menurutnya, metode itu bisa tanpa memerlukan tanah. Apabila, menanam sayur konvensional, biasanya tanah adalah unsur yang paling utama dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lainnya.
Namun, Mering mengatakan dengan metode hidroponik cukup dengan pasir, sabut kelapa atau disebut kokopit, arang sekam, dan sedikit pupuk buatan yang dilarutkan dalam air. "Bibit dan pupuk bisa dibeli di toko-toko pertanian," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh petani sayur lainnya yaitu Nurdiansyah. Bahkan pria yang bekerja sebagai supir untuk salah satu apotik di Kota Pontianak ini, memiliki sesi kelas sendiri guna mengajarkan para pemulung sampah menanam sayur dengan metode hidroponik.
"Saya tertarik membagi ilmu menanam cara hidroponik sebagai sarana edukasi kepada pemulung," kata Nurdiansyah.
Tak hanya kepada para pemulung saja, dia juga mengajarkan menanam sayur di pekarangan rumah tersebut.
Nurdiansyah menuturkan memulai menanam sayur dengan metode itu sejak 6 bulan yang lalu.
Perlahan, dia juga sudah mengajak warga di kompleks perumahannya untuk melatih menanam sayur dengan metode hidroponik. "Siapa pun bisa hanya dengan botol bekas air mineral ukuran 600 mililiter atau 1,5 liter, kita sudah bisa berhidroponik ria," ujarnya.
Lahan yang sempit di pekarangan rumah, bukan halangan bagi para penggemar bercocok tanam. Teknik hidroponik bisa menjadi alternatif menanam berbagai macam sayur dan tetap memiliki waktu bersama keluarga di rumah.
Alexander Mering, misalnya, warga Kota Pontianak Timur ini, sudah dua bulan menanam aneka jenis sayur di teras hingga belakang rumahnya. Tak satu jengkal pun lahan dibiarkannya kosong.
Di teras rumahnya, streofoam-streofoam bekas disusunnya rapi menjadi medium bagi benih-benih sawi keriting, seledri, dan sayur kucai, kangkung, cabai dan tomat. Kini, tak kurang dari satu bulan, sayur-sayur itu sudah bisa siap dipanen oleh Mering dan kedua anaknya.
"Itu sawi keriting siap saya panen, umurnya kira-kira antara 3 hingga 4 minggu baru bisa dipetik," kata Mering kepada Bisnis, Sabtu (17/1).
Sementara, sayuran lainnya perlu menunggu waktu lagi, setidaknya 1 hingga 2 minggu baru dipanen. Ada pula sayur lainnya, yang sedang dalam masa penyemaian.
Sebelumnya, Mering menyulap lahan-lahan kosong di depan, samping, dan belakang rumahnya untuk ditanami sayuran dan budi daya ikan, dengan menggabungkan teknik aquaponik.
Sudah 2 tahun belakangan, pekarangan rumah pria yang bekerja sebagai konsultan pemberdayaan masyarakat di salah satu NGO asal Amerika Serikat ini, dipenuhi sayur-sayuran hijau, kolam ikan mas, nila dan lele.
Selanjutnya, dia mencoba hal baru yaitu metode hidroponik sebuah sistem pola tanam yang menurutnya, sangat mudah dilakoni dan tidak menguras kantong.
Medium-medium pendukung untuk menanam pun mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah. Misalnya, gelas plastik mineral, stereofoam bekas, plastik bekas es krim.
"Ini, dua stereofoam bekas, saya bikin untuk 12 pokok sawi keriting. Dudukkan sawinya pakai plastik bekas es krim," katanya menunjukkan kepada Bisnis.
Ini yang menarik, menurutnya, metode itu bisa tanpa memerlukan tanah. Apabila, menanam sayur konvensional, biasanya tanah adalah unsur yang paling utama dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lainnya.
Namun, Mering mengatakan dengan metode hidroponik cukup dengan pasir, sabut kelapa atau disebut kokopit, arang sekam, dan sedikit pupuk buatan yang dilarutkan dalam air. "Bibit dan pupuk bisa dibeli di toko-toko pertanian," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh petani sayur lainnya yaitu Nurdiansyah. Bahkan pria yang bekerja sebagai supir untuk salah satu apotik di Kota Pontianak ini, memiliki sesi kelas sendiri guna mengajarkan para pemulung sampah menanam sayur dengan metode hidroponik.
"Saya tertarik membagi ilmu menanam cara hidroponik sebagai sarana edukasi kepada pemulung," kata Nurdiansyah.
Tak hanya kepada para pemulung saja, dia juga mengajarkan menanam sayur di pekarangan rumah tersebut.
Nurdiansyah menuturkan memulai menanam sayur dengan metode itu sejak 6 bulan yang lalu.
Perlahan, dia juga sudah mengajak warga di kompleks perumahannya untuk melatih menanam sayur dengan metode hidroponik. "Siapa pun bisa hanya dengan botol bekas air mineral ukuran 600 mililiter atau 1,5 liter, kita sudah bisa berhidroponik ria," ujarnya.
Lahan yang sempit di pekarangan rumah, bukan halangan bagi para penggemar bercocok tanam. Teknik hidroponik bisa menjadi alternatif menanam berbagai macam sayur dan tetap memiliki waktu bersama keluarga di rumah.
Alexander Mering, misalnya, warga Kota Pontianak Timur ini, sudah dua bulan menanam aneka jenis sayur di teras hingga belakang rumahnya. Tak satu jengkal pun lahan dibiarkannya kosong.
Di teras rumahnya, streofoam-streofoam bekas disusunnya rapi menjadi medium bagi benih-benih sawi keriting, seledri, dan sayur kucai, kangkung, cabai dan tomat. Kini, tak kurang dari satu bulan, sayur-sayur itu sudah bisa siap dipanen oleh Mering dan kedua anaknya.
"Itu sawi keriting siap saya panen, umurnya kira-kira antara 3 hingga 4 minggu baru bisa dipetik," kata Mering kepada Bisnis, Sabtu (17/1).
Sementara, sayuran lainnya perlu menunggu waktu lagi, setidaknya 1 hingga 2 minggu baru dipanen. Ada pula sayur lainnya, yang sedang dalam masa penyemaian.
Sebelumnya, Mering menyulap lahan-lahan kosong di depan, samping, dan belakang rumahnya untuk ditanami sayuran dan budi daya ikan, dengan menggabungkan teknik aquaponik.
Sudah 2 tahun belakangan, pekarangan rumah pria yang bekerja sebagai konsultan pemberdayaan masyarakat di salah satu NGO asal Amerika Serikat ini, dipenuhi sayur-sayuran hijau, kolam ikan mas, nila dan lele.
Selanjutnya, dia mencoba hal baru yaitu metode hidroponik sebuah sistem pola tanam yang menurutnya, sangat mudah dilakoni dan tidak menguras kantong.
Medium-medium pendukung untuk menanam pun mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah. Misalnya, gelas plastik mineral, stereofoam bekas, plastik bekas es krim.
"Ini, dua stereofoam bekas, saya bikin untuk 12 pokok sawi keriting. Dudukkan sawinya pakai plastik bekas es krim," katanya menunjukkan kepada Bisnis.
Ini yang menarik, menurutnya, metode itu bisa tanpa memerlukan tanah. Apabila, menanam sayur konvensional, biasanya tanah adalah unsur yang paling utama dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lainnya.
Namun, Mering mengatakan dengan metode hidroponik cukup dengan pasir, sabut kelapa atau disebut kokopit, arang sekam, dan sedikit pupuk buatan yang dilarutkan dalam air. "Bibit dan pupuk bisa dibeli di toko-toko pertanian," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh petani sayur lainnya yaitu Nurdiansyah. Bahkan pria yang bekerja sebagai supir untuk salah satu apotik di Kota Pontianak ini, memiliki sesi kelas sendiri guna mengajarkan para pemulung sampah menanam sayur dengan metode hidroponik.
"Saya tertarik membagi ilmu menanam cara hidroponik sebagai sarana edukasi kepada pemulung," kata Nurdiansyah.
Tak hanya kepada para pemulung saja, dia juga mengajarkan menanam sayur di pekarangan rumah tersebut.
Nurdiansyah menuturkan memulai menanam sayur dengan metode itu sejak 6 bulan yang lalu.
Perlahan, dia juga sudah mengajak warga di kompleks perumahannya untuk melatih menanam sayur dengan metode hidroponik. "Siapa pun bisa hanya dengan botol bekas air mineral ukuran 600 mililiter atau 1,5 liter, kita sudah bisa berhidroponik ria," ujarnya.
CETAK SECURITY PRINTING: Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsu...
CETAK SECURITY PRINTING: Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsu...: Voucher Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsukan, seperti teknologi sabung, copy marker, hidden imag...
CETAK SECURITY PRINTING: Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsu...
CETAK SECURITY PRINTING: Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsu...: Voucher Voucher dibuat dengan teknologi yang sulit dipalsukan, seperti teknologi sabung, copy marker, hidden imag...
Senin, 10 Agustus 2015
SEKILAS PT SWADHARMA
Sekilas Swadharma
PT. Swadharma Eragrafindo Sarana
didirikan pada tahun 1988 yang awalnya merupakan usaha patungan anak
perusahaan Bank BNI (PT Tri Handayani Utama, Yayasan Dapenso) dengan PT
S.B.P.I (PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia) dan PT. Dian Rakyat.
Pendirian usaha ini menjadikan perusahaan swasta nasional pertama yang
bergerak bidang pencetakan berpengaman atau security printing. Seiring
perjalanan usia perusahaan yang terus berkembang, mengikuti perubahan
jaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perusahaan ini
tetap bertahan ditengah pertumbuhan industri sejenis.
Pada tahun 2012, Perusahaan mengakuisisi
PT. Philadi Harmoni Dayakreasi, sebuah perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan ID Card. Langkah ini dilakukan dalam rangka melebarkan usaha
untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang. Perluasan area
bisnis terus menjadi pertimbangan perusahaan dalam meningkatkan nilai
perusahaan.
Pada tahun 2013, PT. Swadharma
Eragrafindo Sarana memindahkan segala aktivitasnya ke Kabupaten Bogor
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan pengembangan usaha dengan
memperluas area produksi dan penambahan fasilitas yang dibangun diatas
tanah seluas 20.000 m2, sebagai bukti komitmen dalam melayani berbagai
kebutuhan cetakan berpengaman di lintas sektor.
Langganan:
Postingan (Atom)